Rabu, 03 Juli 2013

Laporan Praktikum Sosper - Acara 4




 ACARA 4
Masuknya Teknologi Baru ke Desa

            Teknologi sering diartikan sebagai ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Tetapi A.T Mosher (1965;93) mengartikan teknologi pertanian sebagai cara-cara untuk melakukan pekerjaan usaha tani. Di dalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut hasil serta memelihara ternak. Termasuk pula didalamnya benih, pupuk, pestisida, obat-obatan serta makanan ternak yang dipergunakan, perkakas, alat dan sumber tenaga. Termasuk juga didalamnya berbagai kombinasi cabang usaha, agar tenaga petani dan tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.
            Yang perlu disadari adalah pengaruh dari suatu teknologi baru pada produktivitas pertanian. Teknologi baru yang diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih produktif daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikianlah masih banyak lagi cara-cara bertani baru, di mana petani setiap waktu dapat meningkatkan produktivitas pertanian. Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan pertanian, digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (inovation) menurut Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas. Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur. Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu menyebarkan pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk memberikan kesempatan kepada tanaman untuk mengisapnya. Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya, artinya selalu bersifat baru.
            Kemajuan dan pembangunan dalam bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang senantiasa berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian.
            Pembangunan sering diartikan pada pertumbuhan dan perubahan. Jadi pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Dr. Soekartawi, 1994;1).
            Setiap desa memiliki karakteristik tersendiri di dalam menerima teknologi baru, pada desa Banjarsari Kidul kecamatan Sokaraja kabupaten Banyumas, sebagian besar petani merespon dengan baik adanya teknologi baru yang masuk ke desa mereka. Namun di samping respon yang baik tersebut, para petani masih mengeluhkan kurangnya jumlah peralatan yang masuk ke desanya. Seperti contohnya, di Desa Banjarsari Kidul ini hanya terdapat lima unit traktor, kelima traktor tersebut digunakan bergantian oleh seluruh petani di desa ini dengan areal sawah yang sangat luas. Petani sangat menyayangkan hal ini, karena jika dilihat lagi, desa-desa lain memiliki sekitar sepuluh unit traktor yang mampu memfasilitasi kegiatan pertanian di desa.
            Pengadaan teknologi pertanian dilakukan dan ditangani langsung oleh Gapoktan Sri Unggul yang terdapat di desa Banjarsari Kidul ini. Di desa ini, terdapat 3 unit Gapoktan yang masih aktif hingga saat ini, dan mereka menamainya Sri Unggul I, Sri Unggul II dan Sri Unggul III. Kelima traktor yang terdapat di desa Banjarsari Kidul ini pun kepunyaan dari organisasi tersebut.
            Petani di desa Banjarsari Kidul ini, mengaku tidak mengalami kesulitan ketika mengoperasikan berbagai teknologi baru yang masuk ke desa mereka, mereka menyadari semua teknologi baru di bidang pertanian mampu meringankan pekerjaan yang semula berat, semisal mencangkul sawah atau membajak sawah dengan bantuan hewan ternak dapat dipermudah dengan adanya traktor. Mereka juga tidak menemui kesulitan dalam menggunakannya.
            Selain bertani, petani di desa Banjarsari Kidul ini juga memiliki mata pencaharian alternative ketika habis masa tanam, selesai panen, atau keadaan yang tidak memungkinkan untuk bertani. Biasanya, mereka medapatkan uang dari pekerjaan menjaring ikan di sungai, beternak atau menjadi kuli bangunan, sebagian dari mereka juga pergi ke kota untuk berdagang dan lain-lain.
            Pemerintah memberikan bantuan kepada petani di desa Banjarsari Kidul mulai dari benih tanaman. Bantuan tersebut juga dalam wujud SL-PTT (Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu). SL-PTT merupakan bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan, yang dilaksanakan di lahan petani peserta SL-PTT dalam upaya peningkatan produksi padi nasional. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu pendekatan yang akan mengembalikan tingkat hasil panen padi seperti semula atau bahkan meningkatkannya. Dengan SL-PTT, penggunaan Saprodi (sarana produksi) bisa dihemat dan hasil tetap tinggi. Petani dapat menentukan atau memilih kombinasi teknologi yang akan digunakan, tergantung pada potensi lahan dan kemampuan petani atau kondisi setempat.
Kombinasi komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman padi.
Komponen Teknologi Tanam Padi
Rekomendasi Umum
Rekomendasi dengan Pendekatan PTT sesuai Kondisi setempat
1.
Tanam varietas padi unggul.
· Varietas yang sesuai lingkungan setempat;
· Sesuai dengan selera pasar.



2.
Gunakan benih bermutu, bersih, sehat dan bernas (Benih padi berlabel).
· Benih bermutu/ berlabel;
· Rendam dalam larutan garam/ ZA, ambil yang tenggelam.



3.
Olah tanah secara sempurna.
· Pengolahan tanah sempurna, minimal atau tanpa olah sesuai keperluan dan kondisi
· Rendam dalam larutan garam/ ZA, ambil yang tenggelam.



4.
Pelihara persemaian padi dengan baik.
· Persemaian basah atau persemaian kering;
· Pemupukan persemaian.



5.
Tanam bibit umur 21 hari
· Tanam bibit muda umur 15-21 hari   (4 daun).



6.
Atur tata tanam secara tepat.
· Tata tanam tegel;
· Tata tanam Jajar Legowo (2:1, 3:1, 4:1) tergantung kesepakatan petani.



7.
Beri pupuk N (urea),         pupuk P (SP-36/TSP) dan           pupuk K (KCL/ ZA) sesuai kebutuhan tanah dan keseimbangannya dengan hara P/K tanah.
· Pemupukan N sesuai kebutuhan dengan pembacaan Bagan Warna Daun (BWD);
· Pemupukan P dan K sesuai analisis tanah, atau kebutuhan tanaman padi.



8.
Airi tanaman padi secara efektif dan efesien sesuai kondisi tanah.
· Pengairan dengan genangan pada tanah sarang yang baru dibuka;
· Pengairan berselang pada tanah yang airnya dapat diatur dan ketersediaan air terjamin.




Komponen Teknologi Tanam Padi
Rekomendasi Umum
Rekomendasi dengan Pendekatan PTT sesuai Kondisi setempat
9.
Kendalikan hama dan penyakit secara terpadu.
· Gunakan komponen PHT (Pengendalian Hama/Penyakit Terpadu) secara tepat sesuai jadwal tanam (golongan air);
· Pemberian pestisida secara bijaksana (pada situasi dimana musuh alami rendah).



10.
Kendalikan gulma secara tepat.
· Dapat menggunakan landak pada tata tanam tegel atau legowo;
· Dapat menggunakan racun rumput (Herbisida).



11.
Pupuk tanaman padi dengan bahan organik.
· Langsung, kembalikan jerami ke dalam tanah sawah;
· Tidak langsung, gunakan jerami sebagai pakan ternak, gunakan kompos sebagai pupuk.



Sumber   : BPPT Pertanian Bogor, 2004.