ACARA
4
Masuknya
Teknologi Baru ke Desa
Teknologi sering diartikan sebagai
ilmu yang berhubungan dengan keterampilan di bidang industri. Tetapi A.T Mosher
(1965;93) mengartikan teknologi pertanian sebagai cara-cara untuk melakukan
pekerjaan usaha tani. Di dalamnya termasuk cara-cara bagaimana petani
menyebarkan benih, memelihara tanaman dan memungut hasil serta memelihara
ternak. Termasuk pula didalamnya benih, pupuk, pestisida, obat-obatan serta
makanan ternak yang dipergunakan, perkakas, alat dan sumber tenaga. Termasuk
juga didalamnya berbagai kombinasi cabang usaha, agar tenaga petani dan
tanahnya dapat digunakan sebaik mungkin.
Yang perlu disadari adalah pengaruh
dari suatu teknologi baru pada produktivitas pertanian. Teknologi baru yang
diterapkan dalam bidang pertanian selalu dimaksudkan untuk menaikkan
produktivitas, apakah ia produktivitas tanah, modal atau tenaga kerja. Seperti
halnya traktor lebih produktif daripada cangkul, pupuk buatan lebih produktif
daripada pupuk hijau dan pupuk kandang, menanam padi dengan baris lebih
produktif daripada menanamnya tidak teratur. Demikianlah masih banyak lagi
cara-cara bertani baru, di mana petani setiap waktu dapat meningkatkan
produktivitas pertanian. Dalam menganalisa peranan teknologi baru dalam pembangunan
pertanian, digunakan dua istilah lain yang sebenarnya berbeda namun dapat
dianggap sama yaitu perubahan teknik (technical change) dan inovasi (inovation)
menurut Mubyarto (1989;235). Istilah perubahan teknik jelas menunjukkan unsur
perubahan suatu cara baik dalam produksi maupun dalam distribusi barang-barang
dan jasa-jasa yang menjurus ke arah perbaikan dan peningkatan produktivitas.
Misalnya ada petani yang berhasil mendapatkan hasil yang lebih tinggi daripada
rekan-rekannya karena ia menggunakan sistem pengairan yang lebih teratur.
Caranya hanya dengan menggenangi sawah pada saat-saat tertentu pada waktu
menyebarkan pupuk dan sesudah itu mengeringkannya untuk memberikan kesempatan
kepada tanaman untuk mengisapnya. Sedangkan inovasi berarti pula suatu penemuan
baru yang berbeda dari yang sudah ada atau yang sudah dikenal sebelumnya,
artinya selalu bersifat baru.
Kemajuan dan pembangunan dalam
bidang apapun tidak dapat dilepaskan dari kemajuan teknologi. Revolusi
pertanian didorong oleh penemuan mesin-mesin dan cara-cara baru dalam bidang
pertanian. A.T Mosher (Mubyarto, 1989;235) menganggap teknologi yang senantiasa
berubah itu sebagai syarat mutlak adanya pembangunan pertanian.
Pembangunan sering diartikan pada
pertumbuhan dan perubahan. Jadi pembangunan pertanian yang berhasil dapat
diartikan kalau terjadi pertumbuhan sektor pertanian yang tinggi dan sekaligus
terjadi perubahan masyarakat tani dari yang kurang baik menjadi lebih baik (Dr.
Soekartawi, 1994;1).
Setiap desa memiliki karakteristik
tersendiri di dalam menerima teknologi baru, pada desa Banjarsari Kidul
kecamatan Sokaraja kabupaten Banyumas, sebagian besar petani merespon dengan
baik adanya teknologi baru yang masuk ke desa mereka. Namun di samping respon
yang baik tersebut, para petani masih mengeluhkan kurangnya jumlah peralatan
yang masuk ke desanya. Seperti contohnya, di Desa Banjarsari Kidul ini hanya
terdapat lima unit traktor, kelima traktor tersebut digunakan bergantian oleh seluruh
petani di desa ini dengan areal sawah yang sangat luas. Petani sangat
menyayangkan hal ini, karena jika dilihat lagi, desa-desa lain memiliki sekitar
sepuluh unit traktor yang mampu memfasilitasi kegiatan pertanian di desa.
Pengadaan teknologi pertanian
dilakukan dan ditangani langsung oleh Gapoktan Sri Unggul yang terdapat di desa
Banjarsari Kidul ini. Di desa ini, terdapat 3 unit Gapoktan yang masih aktif
hingga saat ini, dan mereka menamainya Sri Unggul I, Sri Unggul II dan Sri
Unggul III. Kelima traktor yang terdapat di desa Banjarsari Kidul ini pun kepunyaan
dari organisasi tersebut.
Petani di desa Banjarsari Kidul ini,
mengaku tidak mengalami kesulitan ketika mengoperasikan berbagai teknologi baru
yang masuk ke desa mereka, mereka menyadari semua teknologi baru di bidang
pertanian mampu meringankan pekerjaan yang semula berat, semisal mencangkul
sawah atau membajak sawah dengan bantuan hewan ternak dapat dipermudah dengan
adanya traktor. Mereka juga tidak menemui kesulitan dalam menggunakannya.
Selain bertani, petani di desa
Banjarsari Kidul ini juga memiliki mata pencaharian alternative ketika habis
masa tanam, selesai panen, atau keadaan yang tidak memungkinkan untuk bertani.
Biasanya, mereka medapatkan uang dari pekerjaan menjaring ikan di sungai,
beternak atau menjadi kuli bangunan, sebagian dari mereka juga pergi ke kota
untuk berdagang dan lain-lain.
Pemerintah memberikan bantuan kepada
petani di desa Banjarsari Kidul mulai dari benih tanaman. Bantuan tersebut juga
dalam wujud SL-PTT (Sekolah Lapang – Pengelolaan Tanaman Terpadu). SL-PTT merupakan
bentuk sekolah yang seluruh proses belajar mengajarnya dilakukan di lapangan,
yang dilaksanakan di lahan petani peserta SL-PTT dalam upaya peningkatan
produksi padi nasional. Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) merupakan suatu
pendekatan yang akan mengembalikan tingkat hasil panen padi seperti semula atau
bahkan meningkatkannya. Dengan SL-PTT, penggunaan Saprodi (sarana produksi)
bisa dihemat dan hasil tetap tinggi. Petani dapat menentukan atau memilih
kombinasi teknologi yang akan digunakan, tergantung pada potensi lahan dan
kemampuan petani atau kondisi setempat.
Kombinasi
komponen teknologi yang digunakan pada lokasi tertentu dapat berbeda dengan
lokasi lainnya, karena beragamnya kondisi lingkungan pertanaman padi.
Komponen
Teknologi Tanam Padi
|
||
Rekomendasi
Umum
|
Rekomendasi
dengan Pendekatan PTT sesuai Kondisi setempat
|
|
1.
|
Tanam varietas padi unggul.
|
· Varietas yang sesuai lingkungan
setempat;
· Sesuai dengan selera pasar.
|
2.
|
Gunakan benih bermutu, bersih,
sehat dan bernas (Benih padi berlabel).
|
· Benih bermutu/ berlabel;
· Rendam dalam larutan garam/ ZA,
ambil yang tenggelam.
|
3.
|
Olah tanah secara sempurna.
|
· Pengolahan tanah sempurna,
minimal atau tanpa olah sesuai keperluan dan kondisi
· Rendam dalam larutan garam/ ZA,
ambil yang tenggelam.
|
4.
|
Pelihara persemaian padi dengan
baik.
|
· Persemaian basah atau persemaian
kering;
· Pemupukan persemaian.
|
5.
|
Tanam bibit umur 21 hari
|
· Tanam bibit muda umur 15-21
hari (4 daun).
|
6.
|
Atur tata tanam secara tepat.
|
· Tata tanam tegel;
· Tata tanam Jajar Legowo (2:1,
3:1, 4:1) tergantung kesepakatan petani.
|
7.
|
Beri pupuk N (urea),
pupuk P (SP-36/TSP) dan
pupuk K (KCL/ ZA)
sesuai kebutuhan tanah dan keseimbangannya dengan hara P/K tanah.
|
· Pemupukan N sesuai kebutuhan
dengan pembacaan Bagan Warna Daun (BWD);
· Pemupukan P dan K sesuai
analisis tanah, atau kebutuhan tanaman padi.
|
8.
|
Airi tanaman padi secara efektif
dan efesien sesuai kondisi tanah.
|
· Pengairan dengan genangan pada
tanah sarang yang baru dibuka;
· Pengairan berselang pada tanah
yang airnya dapat diatur dan ketersediaan air terjamin.
|
Komponen
Teknologi Tanam Padi
|
||
Rekomendasi
Umum
|
Rekomendasi
dengan Pendekatan PTT sesuai Kondisi setempat
|
|
9.
|
Kendalikan hama dan penyakit
secara terpadu.
|
· Gunakan komponen PHT
(Pengendalian Hama/Penyakit Terpadu) secara tepat sesuai jadwal tanam
(golongan air);
· Pemberian pestisida secara
bijaksana (pada situasi dimana musuh alami rendah).
|
10.
|
Kendalikan gulma secara tepat.
|
· Dapat menggunakan landak pada
tata tanam tegel atau legowo;
· Dapat menggunakan racun rumput
(Herbisida).
|
11.
|
Pupuk tanaman padi dengan bahan
organik.
|
· Langsung, kembalikan jerami ke
dalam tanah sawah;
· Tidak langsung, gunakan jerami
sebagai pakan ternak, gunakan kompos sebagai pupuk.
|
Sumber : BPPT Pertanian
Bogor, 2004.