Senin, 21 September 2015

Laporan Praktikum Konservasi Tanah dan Air



ACARA 1

PENGUKURAN ENERGI KINETIK HUJAN DENGAN METODE SPLASH CUP

 

I.  PENDAHULUAN
A.   Latar Belakang
Erosi merupakan proses alam yang terjadi di banyak lokasi yang biasanya semakin diperparah oleh ulah manusia. Proses alam yang menyebabkan terjadinya erosi merupakan karena faktor curah hujan, tekstur tanah, tingkat kemiringan dan tutupan tanah.
Intensitas curah hujan yang tinggi di suatu lokasi yang tekstur tanahnya merupakan sedimen, misalnya pasir serta letak tanahnya juga agak curam menimbulkan tingkat erosi yang tinggi.
Selain faktor curah hujan, tekstur tanah dan kemiringannya, tutupan tanah juga mempengaruhi tingkat erosi. Tanah yang gundul tanpa ada tanaman pohon atau rumput akan rawan terhadap erosi. Erosi juga dapat disebabkan oleh angin, air laut dan es.
Erosi ada beberapa macam menurut proses terjadinya yaitu:
1. Erosi Akibat gaya Berat
Batuan atau sedimen yang bergerak terhadap kemiringannya merupakan proses erosi yang disebabkan oleh gaya berat massa. Ketika massa bergerak dari tempat yang tinggi ke tempat yang rendah maka terjadilah apa yang disebut dengan pembuangan massas. Dalam proses terjadinya erosi, pembuangan massa memiliki peranan penting karena arus air dapat memindahkan material ke tempat-tempat yang jauh lebih rendah. Proses pembungan massa terjadi terus menerus baik secara perlahan maupun secara tiba-tiba sehingga dapat menimbulkan becana tanah longsor. Lereng pegunungan yang terjal dan mengandung tanah liat di sekitar daerah yang sudah retak-retak akan sangat rentan terhadap erosi akibat gaya berat. Erosi ini akan berlangsung sangat cepat sehingga dapat menimbulkan becana longsor.
2. Erosi oleh Angin
Hembusan angin kencang yang terus menerus di daerah yang tandus dapat memindahkan partikel-partikel halus batuan di daerah tersebut membentuk suatu formasi, misalnya bukit-bukit pasir di gurun atau pantai.
Efek lain dari angin merupakan jika partikel keras yang terbawa dan bertumbukan dengan benda padat lainnya sehingga menimbulkan erosi yang disebut dengan abrasi.
3. Erosi oleh Air
Jika tingkat curah hujan berlebihan sedemikian rupa sehingga tanah tidak dapat menyerap air hujan maka terjadilah genangan air yang mengalir kencang. Aliran air ini sering menyebabkan terjadinya erosi yang parah karena dapat mengikis lapisan permukaan tanah yang dilewatinya, terutama pada tanah yang gundul.
4. Erosi oleh Es
Erosi ini terjadi akibat perpindahan partikel-partikel batuan karena aliran es yang terjadi di pinggiran sungai. Sebenarnya es yang bergerak lebih besar tenaganya dibandingkan dengan air. Misalnya glacier yang terjadi di daerah dingin dimana air masuk ke pori-pori batuan dan kemudian air membeku menjadi es pada malam hari sehingga batuan menjadi retak dan pecah, karena sifat es yang mengembang dalam pori-pori.

B.   Tujuan
1.    Mengetahui besarnya energi kinetis hujan melalui pendekatan splash cup dengan media pasir 
2.    Mengetahui energi kinetis hujan pada berbagai macam vegetasi
3.    Melihat hubungan antar energi kinetis hujan dengan jumlah curah hujan bulanan.
 

II.  TINJAUAN PUSTAKA
Jenis erosi berdasarkan kecepatan terjadinya erosi dibedakan menjadi dua jenis yaitu (Foth, 1988):
a) Erosi geologi
Erosi geologi adalah bentuk pengikisan proses pengikisan atau penghancuran tanahnya relatif seimbang dengan proses pembentukannya. Gejala alam ini dapat dikatakan tidak menimbulkan kerusakan lingkungan.
b) Erosi tanah
Erosi tanah atau dinamakan pula erosi yang dipercepat (accelerated erosion) yaitu bentuk erosi yang proses penghancuran tanah (batuan) jauh lebih cepat dibandingkan dengan pem bentukannya. Erosi tanah biasanya dipercepat oleh aktivitas manusia dalam mengelola lahan tanpa memperhatikan unsur-unsur kelestarian alam misalnya penebangan hutan sembarangan dan lain-lain.
Selain berdasarkan kecepatannya, erosi dapat pula diklasifikasikan berdasarkan zat pelaku atau pengikisnya, yaitu (Nasiah, 2000):
a) Erosi Air
Massa air yang mengalir, baik gerakan air di dalam tanah maupun di permukaan Bumi berupa sungai atau air larian permukaan selamban apapun pasti memiliki daya kikis. Sedikit demi sedikit, air yang mengalir itu mengerosi batuan atau tanah yang dilaluinya. Semakin cepat gerakan air mengalir, semakin tinggi pula daya kikisnya. Oleh karena itu, sungai-sungai di wilayah perbukitan atau pegunungan yang alirannya deras memiliki lembah yang lebih curam dan dalam dibandingkan dengan sungai di wilayah dataran yang alirannya relatif tenang.
b) Erosi Gelombang Laut
Erosi oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai, kemudian diangkut ke tempat tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra.
Erosi oleh gelombang laut dinamakan pula abrasi atau erosi marin. Gelombang laut yang bergerak ke arah pantai mampu mengikis bahkan memecahkan batu-batu karang di pantai, kemudian diangkut ke tempat tempat lain di sekitarnya atau ke arah laut dan samudra.

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kekuatan abrasi antara lain sebagai berikut.
a.         Kekerasan batuan, semakin keras jenis batuan yang ada di pantai, semakin tahan terhadap erosi.
b.   Gelombang laut, semakin besar gelombang yang bergerak ke arah pantai, semakin besar kemungkinannya untuk mengerosi wilayah pantai.
c.     Kedalaman laut di muka pantai, jika laut yang terletak di muka pantai merupakan laut dalam, gelombang laut yang terjadi lebih besar dibandingkan dengan laut yang dangkal, sehingga kekuatan erosi akan lebih besar.
d.    Jumlah material yang dibawa gelombang terutama kerikil dan pasir, semakin banyak material yang diangkut semakin kuat daya abrasinya.
Bentang alam khas yang sering kita jumpai sebagai akibat adanya abrasi antara lain sebagai berikut.

a)        Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam sampai tegak.
b)        Relung, yaitu cekungan-cekungan yang terdapat pada dinding cliff.
c)        Dataran Abrasi, yaitu hamparan wilayah dataran akibat abrasi. yang dapat dilihat dengan jelas saat air laut surut.
d)       Gua laut (Sea Cave).

c) Erosi Angin
Erosi oleh pengerjaan angin (deflasi) banyak terjadi di daerah gurun beriklim kering yang sering terjadi badai pasir yang dikenal dengan istilah harmattan atau chamsina. Pada saat kejadian angin kencang tersebut, butiran-butiran kerikil dan pasir yang terbawa angin akan mengikis bongkah batuan yang dilaluinya.
d) Erosi Glasial
Erosi glasial adalah bentuk pengikisan massa batuan oleh gletser, yaitu massa es yang bergerak. Gletser terdapat di wilayah kutub atau di pegunungan tinggi yang puncaknya senantiasa tertutup oleh lembaran salju dan es, seperti Pegunungan Jayawijaya, Rocky, dan Himalaya. Massa gletser yang bergerak menuruni lereng pegunungan akibat gaya berat maupun pencairan es akan mengikis daerah-daerah yang dilaluinya. Massa batuan hasil pengikisan yang diangkut bersamasama dengan gerakan gletser dinamakan morain.
Ciri khas bentang alam akibat erosi glasial adalah adanya aluralur yang arahnya relatif sejajar pada permukaan batuan sebagai akibat torehan gletser. Jika erosi gletser ini terus-menerus berlangsung dalam waktu yang sangat lama, akan terbentuk lembah-lembah yang dalam, memanjang, dan searah dengan gerakan gletser. 


III.  METODE PRAKTIKUM

A.   Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam  praktikum ini  yaitu : timbangan analitis, splash cup, pembakar bunsen, wajan dan kantong plastik. Sedangkan bahan yang digunakan yaitu : pasir lolos saringn 0,5 mm dan aquades

B.   Prosedur Kerja
1)        Carilah lokasi yang mempunyai berbagai vegetasi dan tentukan titik pemasangan splash cups. Pasanglah pula di tempat terbuka sbagai pembanding.
2)        Isilah splash cups dengan pasir yang telah dicuci berdiameter 0,25 – 0,50 mm sampai penuh. Sambil diketuk-ketuk pelan-pelan supaya rata.
3)        Tempatkan splash cup yang telah diketahui beratnya pada titik pengamatan yang telah ditentukan.
4)        Amati selama 24 jam, catat besarnya curah hujan (dari alat pengukur curah hujan yang terpasang pada tempat yang terbuka) dan timbang splash cups tersebut setelah dikeringkan.
            Hasil pengamatan di catat. 


IV.   HASIL DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Pengamatan
Tabel energi kinetik
No
Naungan
Ek (a)
(gram)
Non Naungan
Ek (b)
(gram)
Awal (a)
Akhir (b)
Awal (a)
Akhir (b)
1
258,7
306,8
253,3
299,5
0,9
1,21
291
265,5
284
256
1,16
1,53
2
257,5
306,8
239
224
3,083
5,667
280
271
271,5
261,5
1,416
1,587
3
276,5
312,5
273,1
275
0,56
0,63
286,5
286,8
282,4
277,1
0,68
1,61
4
303
312,5
290,6
291,3
2,066
3,45
317
251,5
309,2
244,1
1,3
1,23
5
280
270
273
262
1,16
1,3
366,5
265
260
255
1,08
1,6
Æ©
2801,3
2681,3
20,026
27808
2700,8
13, 243
rerata
280,13
268,13
2,0026
278,08
270,08
1,3243
 
Ek = a-b / 6
Ek naungan 1  = 303-290,6 / 6
                        = 2,066
Ek naungan 2  = 312,5-291,8 / 6
                        = 3,45
Ek nn 1           = 317-309,2 / 6
                      = 1,3 
Ek nn 2           = 251,5 – 244,1/6
                        = 1,23

Tabel uji t  

Sd2        = Jn/n-1
              = 26,7261/10-1
              = 2,97
Sd          = Sd2/n
              = 2,97/10
              = 0,297

T hitung      = a-b/n
                   = 7,813 / 0,297
                   = 26,3
T tabel
T (5%, 9) = 2,262
Jadi, T hitung > T tabel ; 26,3 > 2,262


  
B.   Pembahasan
Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran material yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia ( Kartasapoetra dan Sutedjo,1991)
Adanya tanaman yang selalu tumbuh di atas tanah akan selalu menutupi permukaan tanah dari daya perusak butir hujan.  Di samping itu tanaman yang ada di lapangan dapat meninggalkan residu, yang merupakan sumber bahan organik. besarnya  proporsi   curah   hujan  yang   diintersepsi   oleh tanaman yang telah dilepaskan kembali sebagai tetesan gravitasi yang besar dimana lebih erosive. Namun tetesan butir hujan yang jatuh pada ketinggian kurang dari 30 cm di atas permukaan tanah memiliki erosivitas yang dapat diabaikan, sehingga penutupan serasah dan sisa tanaman dapat mengubah raindrops menjadi impact droplets yang hampir tidak erosive karena kecilnya kecepatan jatuh dan ukuran butir hujan.  Penutupan ruang diameter antara 1-3 mm oleh bahan tanaman (misalnya rumput, daun-daun dan serasah) terutama efektif dalam mengurangi crusting akibat hujan. (Wahjunie, 2003).
Di daerah beriklim tropika basah, aliran merupakan penyebab utama erosi tanah, sedangkan angin tidak mempunyai pengaruh yang berarti. Proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan :
1.         pengelupasan (detachment),
2.         pengangkutan (transportation), dan
3.         pengendapan (sedimentation) (Asdak, 1995).
Proses erosi oleh air merupakan kombinasi dua sub proses yaitu :
1.         penghancuran struktur tanah menjadi butir-butir primer oleh energi tumbuk butir-butir hujan yang menimpa tanah dan perendaman oleh air yang tergenang, dan pemindahan (pengangkutan) butir-butir tanah oleh percikan hujan, dan
2.         penghancuran struktur tanah diikuti pengangkutan butir-butir tanah tersebut oleh air yang mengalir dipermukaan tanah. Secara skematis proses terjadinya erosi diperlihatkan pada gambar berikut:



Air hujan yang menimpa tanah-tanah terbuka akan menyebabkan tanah terdispersi. Sebagian dari air hujan yang jatuh tersebut akan mengalir di atas permukaan tanah. Banyaknya air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah tergantung pada hubungan antara jumlah dan intensitas hujan dengan kapasitas infiltrasi tanah dan kapasitas penyimpanan air tanah. Kekuatan perusak air yang mengalir diatas permukaan tanah akan semakin besar dengan semakin curam dan makin panjang lereng permukaan tanah.
Tumbuh-tumbuhan yang hidup diatas permukaan tanah dapat memperbaiki kemampuan tanah menyerap air dan memperkecil kekuatan perusak butir-butir hujan yang jatuh, dan daya dispersi dan angkut aliran air di atas permukaan tanah. Perlakuan atau tindakan-tindakan yang diberikan manusia terhadap tanah dan tumbuh-tumbuhan di atasnya akan menentukan apakah tanah itu akan menjadi baik dan produktif atau menjadi rusak (Arsyad, 1989).
Menurut Arsyad (1989) menurut bentuknya, erosi dibedakan dalam : erosi percik, erosi lembar, erosi alur, erosi parit, erosi tebing sungai, erosi internal dan tanah longsor.
a.         Erosi Percik (Splash erosion) adalah proses terkelupasnya patikel-partikel tanah bagian atas oleh tenaga kinetik air hujan bebas atau sebagai air lolos. Arah dan jarak terkelupasnya partikel-partikel tanah ditentukan oleh kemiringan lereng, kecepatan dan arah angin, keadaan kekasaran permukaan tanah, dan penutupan tanah.
b.         Erosi Lembar (Sheet erosion) adalah erosi yang terjadi ketika lapisan tipis permukaan tanah di daerah berlereng terkikis oleh kombinasi air hujan dan air larian (runoff).
c.         Erosi Alur (Rill erosion) adalah pengelupasan yang diikuti dengan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh aliran air larian yang terkonsentrasi di dalam saluran-saluran air. Alur-alur yang terjadi masih dangkal dan dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah.
d.        Erosi Parit (Gully erosion) proses terjadinya sama dengan erosi alur, tetapi saluran yang terbentuk sudah sedemikian dalamnya sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah biasa.
e.         Erosi Tebing Sungai (Streambank erosion) adalah pengikisan tanah pada tebing-tebing sungai dan pengerusan dasar sungai oleh aliran air sungai. Erosi tebing akan lebih hebat jika vegetasi penutup tebing telah habis atau jika dilakukan pengolahan tanah terlalu dekat tebing.
f.          Erosi Internal (Internal or subsurface erosion) adalah terangkutnya butir-butir primer kebawah ke dalam celah-celah atau pori-pori tanah sehingga tanah menjadi kedap air dan udara. Erosi internal menyebabkan menurunnya kapasitas infiltrasi tanah dengan cepat sehingga aliran permukaan meningkat yang menyebabkan terjadinya erosi lembar atau erosi alur.
g.         Tanah Longsor (Landslide) adalah suatu bentuk erosi yang pengangkutan atau pemindahan tanahnya terjadi pada suatu saat dalam volume yang besar.
Wischmier dan Smith (1958) mendapatkan suatu korelasi antara sifat-sifat hujan dan erosi yang terjadi dari tanah yang diberakan (tanpa tanaman), jika empat peubah berikut ini dimasukkan dalam persamaan regresi
1.    Energi curah hujan
2.    Pengaruh suatu term yang mengukur pengaruh interaksi energi hujan dan intensitas maksimum yang terjadi lama
3.    Suatu term hujan sebelumnya dan
4.    Energi kumulatif sejak pengolahan tanah terakhir
Energi kinetik curah hujan itu sendiri mempengaruhi erosi, walaupun demikian, korelasi yang lebih erat dengan erosi didapat dengan menggunakan terms interksi energi intensitas hujan (Wischmier dan Smith 1958). Term ini adalah hasil kali total energi hujan dengan intensitas maksimum 30 menit. Term interaksi nampaknya merupakan suatu pengukur yang baik bagi pengaruh bersama antara :
1.    Laju infiltrasi yang berkurang selama hujan
2.    Pengaruh aliran air permukaan yang berbentuk geometri terhadap erosi dan
3.    Perlindungan lapisan air atas pengaruh percikan butir-butir hujan terhadap tanah.
Dalam upsys konservasi tanah, dikenal beberapa metodode, antaralain:
a.    Konservasi Secara Mekanis
Dalam hal ini, konservasi secara mekanis mempunyai fungsi:
a)    Memperlambat aliran permukaan
b)   Menampung dan mengalirkan aliran permukaan sehingga tidak merusak
c)    Memperbesar kapasitas infiltrasi air kedalam tanah dan memperbaiki aerasi tanah
d)   Menyediakan air bagi tanaman
e)    Membuat bendungan atau DAM
Adapun usaha konservasi tanah secara mekanis antara lain meliputi:
1.         Pengolahan Tanah
Pengolahan tanah adalah manipulasi mekanik terhadap tanah yang ditujukan untuk menciptakan kondisi tanah yang baik bagi pertumbuhan tanaman.Tujuan utama dari pengolahan tanah adalahmenyiapkan tempat tumbuh bagi benih, menggemburkan tanah perakaran, membalikkan tanah sehingga sisa-sisa tanaman terbenam dalam tanah, dan memberantas gulma.
2.         Pengolahan Tanah Menurut Kontur
Penanaman dan pengolahan tanah menurut garis kontur dapat mengurangi erosi sampai 50% dibandingkan dengan pengolahan tanah dan penanaman menurut lereng (up-and-down). Efektifitas pengolahan tanah dan penanaman menurut kontur tergantung pada kemiringan dan panjang lereng. Pengaruhnya menjadi tidak berarti untuk panjang lereng yang lebih dari 180 m pada kemiringan lahan 1°, batasan ini akan berkurabg sejalan dengan kemiringan lereng ,untuk kemiringan lahan 5,5° dan 8,5° panjangnya berturut-turut menjadi 30 m dan 20 m. Keuntungan utama pengolahan menurut kontur ini adalah terjadinya penghambat aliran permukaan dan terjadinya penampung air sementara sehingga memungkinkan terjadinya penyerapan air dan mengurangi terjadinya erosi.
3.         Guludan
Guludan merupakan tumpukan tanah (galengan) yang dibuat memanjang memotong kemiringan lahan. Fungsi guludan ini adalah untuk menghambat aliran permukaan, menyimpan air dibagian atasnya , dan untuk memotong panjang lereng. Tinggi tumpukan berkisar antara 25-30 cm dengan lebar dasar 25-30 cm. Jarak antara guludan bervariasi bergantung pada kecuraman lereng, kepekaan tanah terhadap erosi, dan erosivitas hujan.
4.         Terras
Terras adalah timbunan tanah tang dibuat melintang atau memotong kemiringan lahan, yang berfungsi untuk menangkap aliran permukaan, serta mengarahkannya ke outlet yang mantap atau engan kecepatan yang tidak erosive. Dengan demikian memungkinkan terjadinya penyerapan air dan berkurangnya erosi.

5.         Saluran Pembuangan Air
Untuk menghindari terkonsentrasinya aliran permukaan disembarang tempat, yang akan merusak dan membahayakan tanah yang akan dilewatinya, maka perlu dibuatkan jalan khusus berupa saluran pembuangan air (waterways). Sehingga tujuan utama pembangunan waterways adalah untuk mengarahkan dan menyalurkan air permukaan dengan kecepatan yang tidak erosif ke lokasi pembuangan air yang sesuai. Saluran pengelak dibuat dibagian atas lereng dari lahan pertanian, berfungsi untuk menangkap air yang mengalir dari lereng diatasnya dan menyalurkan kesaluran berumput.
6.         Pembuatan DAM atau bendungan pengendali.
DAM penghambat (check dam), balong/waduk, rorak dan tanggul merupakan bangunan-bangunan yang dapat dipergunakan sebagai metoda mekanik dalam konservasi tanah dan air. Bangunan tersebut selain mengurangi jumlah dan kecepatanaliran permukaan juga memaksa air masuk ke dalam tanah yang akan menambah atau mengganti air tanah adan air bawah tanah. Air yang tertampung dalam waduk atau balong dapat dimanfaatkan untuk keperluan lain. Seperti irigasi, ternak. Perikanan dan kebutuhan manusia sendiri. Syarat esensial bagi suatu balong yang efektif adalah : (1) kondisi topografi ditempat yang akan di bangun balong harus memungkinkan penbangunan yang ekonomis, (2) cukup air yang memenuhi syarat, (3) terdapat bahan tanah tang kedap air,bukan pasir, (4) balong harung dilengkapi fasilitas pelimpah (tandon air) untuk menyalurkan air kalau banjir, (5) Balong harus dapat dikeringkan untuk perbaikan-perbaikan.
b.   Metode Secara Kimiawi
Metode kimia adalah tindakan atau perlakuan kepada tanah agar terjadi peningkatan kemantapan agregat tanah atau struktur tanah, dengan jalan memberikan preparat-preparat kimia tertentu yang dapat memperkecil kepekaan tanah terhadap ancaman kerusakan tanah. Salah satu cara yang digunakan dalam metode kimia adalah dengan pemakaian bahan pemantap tanah (Soil Conditioner). Tujuanya untuk meperbaiki keadaan atau sifat fisik tanah dengan menggunakan bahan-bahan kimia baik secara buatan atau alami.
Bahan pemantap tanah yang baik harus mempunya sifat-sifat sebagai berikut:
a)         Mempunyai sifat yang adesif serta dapat bercampur dengan tanah secara merata
b)        Dapat merubah sifat hidrophobikatau hidrophilik tanah, yang demikian dapat merubah kurva penahanan air tanah.
c)         Dapat meningkatkan kapasitas tukar kation tanah, yang berarti mempengaruhi kemampuan tanah dalam menahan air
d)        Daya tahan tanah sebagai pemantap tanah cukup memadai, tidak terlalu singkat dan tidak terlalu lama
e)         tidak bersifat racun (phytotoxix) dan harganya terjangkau
Beberapa cara pemakaian bahan pemantap tanah kedalam tanah adalah sebagai berikut :
·      Pemakaian di permukaan tanah (surface application). Pada cara ini larutan atau emulsi zat kimia pemantap tanah pada pengeceran yang di kehendaki disemprotkan langsung ke atas permukaan tanah dengan alat sprayer yang biasa digunakan untuk memberantas hama. Cara ini dapat dilakukan untuk penelitian di laboratorium dan di lapangan.
·      Pemakaian secara dicampur (incoporation treatment). Pada cara ini larutan atau emulsi zat kimia pemantab tanah dengan pengeceran yang dikehendaki disemprotkan ke dalam tanah, kemudian tanah tersebut dicampur dengan bahan kimia tadi sampai merata,biasanya sampai kedalaman 0 – 25 cm. Cara ini bisa dilakukan dalam penelitian di laboratorium dan di lapangan. Dalam area yang luas biasanya menggunakan mesin penyemprot khusus seperti traktor.
·      Pemakaian setempat / lubang (local/pit treatment). Pada cara ini pemakaian bahan kimia atau terbatas pada lubang-lubang tanaman saja (umpamanya lubang berukuran 60 x 60 x 60 cm). Cara ini biasanya dilakukan di lapangan saja pada areal yang akan ditanami tanaman tahunan dalam rangka usaha penghijauan. Tentu saja pemakaian bahan pemantap tanah ini memerlukan keahlian dan pengalaman-pengalaman.

c.    Konservasi Secara Biologis
Usaha konservasi tanah dan air secara biologis adalah pengaturan penanaman vegetasi dan penggunaan sisa tanaman sebagai mulsa. Jenis tanaman yang dipakai bermanfaat untuk manusia dan hewan serta sifat pertumbuhan efektif mencegah erosi.
1.         Penanaman tanaman penutup tanah
Tujuan: melindungi tanah dari curahan butir-butir hujan, menambah bahan organik tanah, memperbesar kemampuan tanah dalam menyerap dan menahan air hujan yang jatuh.
Jenis tanamannya adalah arachis pntoi dan dari jenis kacang-kacangan.
2.         Penanaman pakan rumput ternak
Jenis-jenis rumput yang dapat ditanam adalah setaria, rumput gajah dan rumput bufel. Dapat ditanam sebagai gulus teras atau diantara tanaman pokok.

3.         Penanaman dalam jalur
Olah tanah secara garis kontur, setiap lajur ditanami dengan satu jenis tanaman, lajur-lajur dibuat memotong lereng atau searah garis kontur, tanaman pangan atau tanaman semusim ditanam secara berselingan dengan tanaman pupuk hijau atau tanaman penutup tanah secara rapat, usahakan menanam dengan pergiliran tanaman dan penggunaan sisa-sisa tanaman.
4.         Pergiliran tanaman
Mengusahakan/menanam berbagai jenis tanaman secara bergilir dalam urutan waktu tertentu pada sebidang lahan, misalnya pergiliran antara tanaman pangan dengan tanaman penutup tanah atau pupuk hijau.
Tujuan:
·           mencegah erosi
·           mencegah hama dan penyakit tanaman melalui pemutusan siklus hidup hama.
·           Memberantas tumbuhan pengganggu
·           Mempertahankan sifat fisik dan kimia tanah dengan cara mengembalikan sisa-sisa tanaman kedalam tanah.
5.         Pengunaan sisa-sisa tanaman
Dapat dilakukan dengan:
·           Membenamkan kembali sisa-sisa tanaman kedalam tanah yang memberikan keuntungan:
·           Mempertinggi kemampuan tanah menyerap air
·           Memelihara keseimbangan unsur hara tanah
·           Mempertahankan kelembaban tanah dengan memperkecil penguapan air tanah
·           Mengurangi kerusakan tanah dari curahan butir-butir air hujan.
·           Untuk lahan-lahan miring, penggunaan sisa tanaman lebih baik dilakukan dalam bentuk mulsa.
6.         Penanaman tanaman penguat teras.
·           Jenis tanamannya dapat berupa pohon-pohonan atau rerumputan, dengan syarat
·           Sistim perakarannya intensif sehingga mampu mengikat tanah
·           Tahan pangkas supaya tidak menaungi tanaman utama
·           Bermanfaat dalam menyuburkan tanah maupun sebagai penyedia pakan ternak

7.         Teras Budidaya
·           Penanaman pada suatu bidang lahan atau wilayah yang memiliki kemiringan beragam
·           Pada bagaian miring, ditanami tanaman tahunan dan rerumputan sebagai penguat lereng
·           Untuk menghindari aliran permukaan dan menampungnya dibuat rorak buntu pada bagian atas lereng.

Secara umum besarnya energy kinetis yang dimiliki oleh suatu benda dinyatakan dalam persamaan empiris sebagai berikut,
Energy kinetis =  ½ M (V)2
Keterangan:
M = massa benda.
V = kecepatan gerak.
Dalam hubungannya dengan energy kinetis hujan, wischmer dan smith (1960) mengajukan formulasi sebagaii berikut.
Ekin = R1 ( 210.3 + 89 log Ii) joule / m2
Keterangan:
Ekin = energy kinetis hujan dalam joule/m2.
Ri = curah hujan selama periode tertentu dengan intensitas konstan (cm).
Ii  = intensitas hujan selama periode hujan yang bersangkutn (cm / jam).   
RAL (1977) , Mengajukan formulasi sebagai berikut:
Ekim= [ ( IV2) / 2]
Keterangan :
Ekim = energy kinetis hujan watt / m2
I= Intensitas hujan m/det.
V = kecepatan hujan m/det.
Lee (1981), mengajukan formulasi sebagai berikut:
Ekim = 11.9 + 3.79 Ln I
Keterangan:
Ekim = energy kinetis.
I = Intensitas hujan .  
Rumus-rumus tersebut hanyalah berlaku pada tempat-tempat terbuka dan tersedia alat pencatat hujan tipe otomatis. Untuk wilayah di bawah vegetasi atau daerah yang belum ada alat pencatat hujan tipe otomatis, Ellinson (1944) telah mengembangkan suatu cara dengan Splash Cup dengan formula empiris sebagai berikut:
S= α V 4.33 D 4.07 I 0.65
Keterangan:
S = jumlah percikan tanah (spalash erotion) dan splash cup dalam gram selama kejadian hujan dan setara dengan besarnya energy kinetis hujan.
V = kecepatan tetesan hujan dalam inci per jam.
K = konstansa yang tergantung dari jenis media yang digunakan.
D = diameter hujan (mm).
I = Rata-rata hujan (inci / jam).
Selanjutnya oleh mihara (1961) dan free (1960) dibuat hubungan antara erosi percik (splash erotion)  dengan energy kinetik hujan dengan konversi:
Untuk media pasir splash erotion α (energy kinetik ) 0.9.
Untuk media tanah splash erotion α (energy kinetik ) 1.46.
Pendekatan perhitungan energy kimia hujan dengan menggunakan splash cup yang diisi media pasir ternyata besarnya energy kinetik hujan yang dihitung mempunyai korelasi 0.93 dengan besarnya energi kinetik yang dikemukakan oleh Wicshmeier dan Smith (1960).

Prediksi erosi adalah suatu pendugaan terjadinya terkikisnya tanah (erosi) pada lahan yang disebabkan oleh faktor lingkungan, iklim dan manusia. Metode-metode yang sering digunakan untuk mengukur tingkat laju erosi dapat menggunakan metode USLE dan metode GUEST.
USLE adalah model erosi yang dirancang untuk memprediksi rata-rata erosi tanah dalam jangka waktu panjang dari suatu areal usaha tani dengan sistem  pertanaman dan  pengelolaan tertentu  (Wischmeier dan  Smith,  1978). Bentuk erosi yang dapat diprediksi adalah erosi lembar atau alur, tetapi tidak dapat memprediksi pengendapan dan tidak memperhitungkan hasil sedimen dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai (Wischmeier dan Smith, 1978 dalam Arsyad, 2000).Wischmeier dan Smith (1978) juga menyatakan bahwa metode yang  umum digunakan untuk menghitung laju erosi adalah metode Universal Soil Loss Equation (USLE).
Model erosi Rose (GUEST) merupakan model berdasarkan pendekatan proses erosi yang mempengaruhinya, yaitu daya pelepasan partikel tanah oleh butir-butir hujan dan aliran permukaan sebagai agen utama penyebab erosi tanah. Dalam model ini, erosi terjadi karena adanya tiga proses yang berperan, yaitu pelepasan (detachment) oleh butir-butir hujan, pengangkutan (transportation) sedimen,  dan  pengendapan (deposition)  sedimen  (Rose  et.al.,  1983).
 Persamaan model tersebut setelah disederhanakan adalah sebagai berikut:
SL = 2700 λ S (Cr ) (Q)
Keterangan :
SL: total  tanah  yang   hilang  (kg.m-3); 
 Î» : efisiensi pengangkutan; S adalah kemiringan lahan (%);
C :persentase penutupan lahan;
Q : volume aliran permukaan (m3).
GUEST mulanya didokumentasikan oleh Misra dan Rose pada tahun 1990 dan telah mengalami beberapa pengembangan selama Proyek ACIAR (Australian Centre for International Agricultural Research) (Rose et al., 1997a). Untuk daerah tropis (Philippina, Malaysia, Thailand dan Australia), GUEST telah divalidasi pada skala plot (72-1.000m2) dan menunjukkan hasil yang baik (Rose et al., 1997a; Schmitz dan Tameling, 2000; ICRAF, 2000).

Berdasarkan hasil pengamatan dari praktikum yang dilakukan oleh rombongan praktikum D1, maka diperoleh data sebagai berikut:
1.         Energi kinetik rata-rata perlakuan splash cups dibawah naungan sebesar 2,0026.
2.         Energi kinetik rata-rata perlakuan splash cups tanpa naungan sebesar 1,3243
Dari data tersebut, dapat diketahui jika energi kinetik hujan menjadi besar ketika terdapat naungan. Energi kinetik hujan pada tempat yang ternaungi lebih besar dari tempat yang terbuka (tidak dinaungi).





V.  KESIMPULAN DAN SARAN

A.      Kesimpulan
Dari praktikum yang dilakukan, maka dapat disimpilkan bahwa:
1.    Erosi adalah pengikisan atau kelongsoran material yang sesungguhnya merupakan proses penghanyutan tanah oleh desakan-desakan atau kekuatan air dan angin baik yang berlangsung secara alamiah maupun sebagai akibat tindakan atau perbuatan manusia
2.    Proses erosi terdiri atas tiga bagian yang berurutan :
·      pengelupasan (detachment),
·      pengangkutan (transportation), dan
·      pengendapan (sedimentation)
3.    Energi kinetik hujan menjadi besar ketika terdapat naungan. Energi kinetik hujan pada tempat yang ternaungi lebih besar dari tempat yang terbuka (tidak dinaungi).
B.      Saran
Sistem praktikum diperbaiki lagi agar praktikum KTA tahun depan lebih baik.
 



DAFTAR PUSTAKA

Arsyad, Sitanala.1989. Konservasi Tanah Dan Air. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Asdak, C. 2002. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Edi Suharto. 2007.Model empiris intersepsi tajuk dan curah hujanEfektif pada tegakan sawit (elaeis guineensis jacq). Jurusan Kehutanan, Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu.Bengkulu  3: 365-370.
Enni Dwi Wahjunie. 2003.Surface sealing-crusting, pembentukan dan pengendaliannya. Pengantar Ke Falsafah Sains (PPS702)Program Pasca Sarjana / S3 Institut Pertanian Bogor.
Foth, H, D, 1988. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Hardjowigeno. 2003. Ilmu Tanah. Akademi Pressindo, Jakarta.
Kartasapoetra, A. G dkk. 1989. Teknologi Konservasi Tanah dan Air. Rineka Cipta, Jakarta.
Lee. R. 1998. Hidrologi Hutan. GajahMadaUniversity Press, Yogyakarta.
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi Untuk Prioritas. UGM. Yogyakarta.
Nasiah. 2000. Evaluasi Kemampuan Lahan dan Tingkat Bahaya Erosi. UGM Press. Yogyakarta.
Rahim, S. E. 2000. Pengendalian Erosi Tanah Dalam Rangka Pelestarian Lingkungan Hidup. Bumi Aksara, Jakarta.
Suripin. 2001. Konservasi Lahan di Daerah Aliran Sungai Takapala Kabupaten Dati II Gowa Propinsi Sulawesi Selatan. UGM Press. Yogyakarta.